STEREOKIMIA
(Pertemuan
ke-7)
A.
KONFIGURASI MUTLAK DAN RELATIF
1. Konfigurasi
Mutlak
gambar: molekul kiral konfigurasi mutlak
Molekul
kiral adalah molekul yang tidak dapat diimpitkan pada bayangan cerminnya.
Susunan keruangan keempat gugus yang terikat pada pusat kiral disebut
konfigurasi mutlak yang dinyatakan dengan konfigurasi R/S. penentuan
konfigurasi R/S molekul kiral pada umumnya didasarkan sistem prioritas yang
dikembangkan oleh Chan-Ingold-Prelog. Penentuan dengan metode ini memerlukan
daya nalar keruangan atau gugus-gugus disekitar pusat kiral yang dinyatakan
dalam struktur tiga dimensi. Pada penentuan konfigurasi R/S dengan kaidah
tangan kanan merupakan penentuan konfigurasu R/S yang merupakan metode yang
dikembangkan oleh Chan-Ingold-Prelog. Disamping itu, ada metode penentuan
konfigurasi R/S dengan aturan perkalian. Metode yang ini tidak menentukan daya
nalar keruangan.
Contoh konfigurasi mutlak/absolute:
1. (2R,3S)-2,3
dibromo pentane dan (2S,3R)-2,3 dibromo pentane
2. (2R,3S)-2,3
dibromo pentane dan (2R,3R)-2,3 dibromo pentane
Jika
di antara sepasang stereoisomer tidak
ada atom C kiral yang memiliki konfigurasi yang sama, maka stereoisomer
tersebut adalah enantomer. Seperti yang terlihat pada contoh pertama.
Sedangkan, jika di antara sepasang stereoisomer terdapat minimal satu atom C
kiral yang memiliki konfigurasi yang sama, maka stereoisomer tersebut adalah
diastereoisomer. Seperti yang terlihat pada contoh yang kedua.
Untuk
mengatasi hal tersebut tiga orang ahli kimia yaitu Chan (berasal dari Inggris),
Ingold (berrsal dari Swiss, dan Prelog (yang berasal dari swiss), mereka
mengusulkan cara konfigurasi atom karbon stereogenik baru yang didasarkan atas
aturan pronitas (priority rule) atau aturan urutan (sequence rule). Aturan
tersebut menyatakan bahwa atom-atom utama dan keempat gugus yang terikat
langsung dengan atom karbon pusat steeogenik diurutkan atau diprioritaskan
berdasarkan atas nomor atomnya. Atom yang terikat langsung dengan atom karbon
stereogenik diberi prioritas sebagai yang besar (large=L), berikutnya atom yang
lebih rendah nomor atomnya dari pada L diberi prioritas sebagai menengah.
Penetapan konfigurasi sistem (R)
atau (S)
a
1. Bayangkan molekul dalam bentuk 3D, putar
molekul hingga gugus berprioritas rendah berada di belakang
b .
2. Gambar panah dari gugus berprioritas
paling tinggi kerendah.
3
3. Bila arah searah jarum jam = R sedangkan
berlawanan jarum jam = S
Adapun
sifat enansiomer adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai titk didih, titik leleh dan
berta jenis yang sama
2. Indeks biasnya sama
3
3. Arah rotasi pada polimeterr berbeda
d
4. Interaksi dengan molekul kiral lain
berbeda, seperti; enzim, teste buds, dan scent
Optis
aktif
1
1. Rotasi cahaya terpolarisasi bidang
2. Enansiomer memutar cahaya kea rah yang
berlawanan, dengan sudut tertentu.
Konfigurasi
relative yaitu cara pennetuan didasarkan dengan membandingkan penataan
atom-atom dalam ruang dari suautu
senyawa dengan senyawa analog lainnya. Misalnya, untuk golongan asam amino,
senyawa pembandingnya adalah D-alanina (dengan NH2 di sebelah kanan)
dan L-alanina (dengan NH2 di sebelah kiri).
Pada dasarnya D
singkatan dari dextro, dan baha latinnya dexter yang berarti kananm sedangkan L
singkatan dari levo dan bahasa latinnya Laevus yang berarti kiri. Konfigurasi
absolute secara terbatas hanya berlaku pada senyawa-senyawa dan golongan
karbohidrat dan asam amino saja.
sementara itu, senyawa organic terdiri dari banyak golongan senyawa yang tidak
hanya mengandung gugus hidroksi dan gugus amino, tetapi juga gugus yang
lainnya. Dengan menggunakan Proyeksi Fischer sistem penggambaran konfigurasi
gugus disekitar pusat kiral yang berbeda (susunan ruang atom atau gugus yang
menempel pada karbon kiral, yaitu konvensi D dan L.
Pada
proyeksi Fischer mencakup beberapa hal, diantaranya:
a 1.Gambar datar yang menunjukkan molekul 3D
2. Karbon kiral berada di perpotongan garis
horizontal dan vertical
3. Garis horizontal menunjukkan ikatan yang
berbeda di belakang kertas menjauhi pengamat.
Adapun
aturan Fischer adalah sebagai berikut:
a. Cabang
karbon berada pada garis vertical
b. Karbon
teroksidasi tertinggi berada di palin atas
c. Rotasi
sebesar 1800 pada bidang datar tidak mengubah molekul
d. Jangan
memutar 900
Bayangan cermin Fischer
memiliki cirri-ciri yaitu; mudah digambar, mudah menemukan enansiomer, dan mudah
menenmukan bayangan cermin dalam bidang.
Ada dua cara menentukan
bentuk tetrahedral, yaitu dengan tiga dimensi (cara perspektif), dengan dalam
rumus dua dimensi (cara proyeksi). Rumus-rumus proyeksi memperlihatkan hanya
dua dimensi, dimensi lain dibayangkan tegak lurus bidang kertas. Proyeksi yang
luas digunakan karena kesederhanaannya adalah proyeksi Fischer.
Polarimetri
1. Menggunakan cahaya monokromatik,
biasanya natrium D
2. Saringan polarisasi yang dapat
dipindahkan untuk mengukur sudut
3
3. Searah jarum jam: dextorotatory (d) atau
(+), sedangkann yang berlawanan jarum jam: levorotatory (l) atu (-), dimana
dalam hal ini tidak berhubungan dengan R maupun dengan S.
. B. PEMISAHAN CAMPURAN RASEMIK
Campuran rasemik
artinya suatu campuran yang mengandung sepasang enantiomer dalam jumlah yang
sama. Sepasang enantiomer itu adalah enantiomer R dan enantiomer S. prinsip
dasar dari pada isomer optic adalah sebagai berikut:
1. Sepasang
enentiomer memilikisifat-sifat fisika (titk didih, kelarutan,dll) yang sama
tetap berbeda dalam arah rotasi polimemeter dan interaksi dengan zar kiral
lainnya.
2. Sepasang
diastereoisomer memiliki sifat-sifat fisika dan sudut rotasi polarimeter
yang berbeda satu sama lain. kita dapat
memisahkan campuran dua diastereoisomer dengan cara-cara fisika (destilasi,
kristalisasi, dll), akan tetapi tidak dapat memisahkan campuran dua enantiomer
dengan cara-cara fisika yang sama.
Jadi,, dapat disimpulakan bahwa kita dapat dengan mudah memisahkan campuran dua
diastereoisomer, tetapi akan kesulitan memisahkan dua enantiomer.
Dalam
hal ini, campuran rasemik dimana enansiomer d- dan l- dalam jumlah seimbang.
Nitasi (d,l) atau (±), pada campuran rasemik ini tidak bersifat optis aktif,
dan campuran rasemik juga mempunyai titik didih dan titk leleh yang berbeda
dengan enansiomernya.
Jika pereaksi yang tidak optis aktif
digabungkan untuk membentuk molekul kiral, maka akan terbentuk campuran rasemik
enansiomer.
Pada
kiralitas conformer, jika terjadi kesetimbangan pada dua conformer kiral, maka
molekul tersebut dikatakan bukan kiral. Selain itu juga dapat memutuskan
kiralitas dengan cara melihat conformer yang paling simetris. Pada umumnya,
sikloheksana secra rata-rata dapat dikatakan berbentuk planar (datar).
Suatu
stereoisomer akan menjalani reaksi yang berbeda dengan stereoisomer pasangannya
dalam sistem biologis makhluk hidup. Bahkan suatu stereoisomer akan
menghasilkan produk yang berbeda dengan stereoisomer pasangannya dalam sistem
biologis makhluk hidup.
Jika
di dalam laboratorium pemisahan fisis suatu campuran rassemik menjadi
enentiomer-enentiomer murni disebut juuga dengan resolusi (resolving) campuran
rasemik itu. Suatu cara untuk memisahkan campuran rasemik atau sekurangnya
mengisolasi enentiomer murni adalah mengolah suatu campuran tersebut dengan
suatu mikroorganisme yang hanya akan mencerna salah satu dari enentiomer itu.
Misalnya saja, dengan menginkubasi campuran rasemik itu dengan bakteri
pseudomonas campuran rasemik putida yang mengoksidasi (S)-nikotina tetapi tidak
(R)-enentiomer.
Beberapa obat yang beredar dalam bentuk campuran
rasemik contohnya adalah:
1. Obat
Thalidomide
Obat ini memiliki dua enantiomer, dimana
enantiomer yang berguna sebagai obat penenang adalah R-thalidomide. Akan tetapi ibu
hamil yang mengonsumsi enantiomer yaitu S-thalamide justru mengalami masalah
dengan pertumbuhan anggota tubuh janinnya.
2. Nikotin
(-)Nikotin dilaporkann lebih beracun dan
berbahaya dibandingkan dengan (+)Nikotin. Tanda (+) disini menyatakan arah
rotasi polarimeter sesuai arah jarum jam, sedangkan tanda (-) disini untuk
menyatakan arah rotasi polarimeter yang berlawanan jarum jam.
3. Tiroksin
Tiroksin
adalah hormone yang menghasilkan kelenjar tiroid. Dimana, (-)Tiroid meregulasi
metabolisme tubuh, sedangkan yang (+)Tiroksin tidak mengandung efek regulasi
apapun.
4. Epinefrin
Epinefrin resemik merrupakan campuran
dengan perbandingan 1:1 d-isomer dan l-isomer epinefrin. Dimana, mekanisme aksi
pada eppinefrin adalah pada reseptor a adrenergic yang terbukti dapat
menyebabkan vasokonstriksi dan mengurangi udem. Pengurangan udem mukosa larings
akan meningkatkan diameter jalan napas sehingga stridor inspirasi dan retraksi
akan berkurang.
5. Tramadol
Tramadol HCl adalah anagesik
kuat yang bekerja pada reseptor opiate. Dalam hal ini, tramadol mengikat
mengikat secara stereospesifiik pada reseptor di sistem saraf pusat sehingga
menghentikan sensasi nyeri dan respon terhadap nyeri.
Tharmadol merupaka
campuran rasemik dengan perbandingan 1:1 dari 2 anantiomer. Enantiomer (+)nya
memiliki potensi berbeda terhadap reseptor opioid dan sisi monoamine uptake. Enantiomer (-)
tramadol kira-kira 5 kali lebih kuat untuk menghambatreuptake norepinephrine
dengan menstimulasi reseptor alpha (2)-adrenergic. Dan sebaliknya, yang akan
terjadi untuk enantiomernya (+), kedua enantiomer diberikan kepada aksi
analgesic tramadol.
Berdasarkann fakta diatas
stereokimia (struktur ruang) suatu senyawa organic mutlak harus diperhitungkan
dalam reaksi-reaksi biologis makhluk hidup.